Jepang dan Dekade Emas-nya


Pasca restorasi Meiji, kekaisaran Nippon memasuki era modernisasi yang sangat pesat. Dari Negara yang sebelumnya dipandang terbelakang (terutama bila dilihat dari kacamata peradaban ‘tetangga daratan’ mereka China) menjadi suatu kekuatan yang dahsyat di daratan Asia. Bagaimana tidak, bila sebuah Negara nun di tepian timur benua dan berhadapan langsung dengan samudra Pasifik yang sangat rentan bencana (terutama gempa vulkanik dan tektonik-nya, juga taufan dan gelombang pasang Tsunami) dengan percaya diri yang sangat tinggi memulai era yang demikian revolusioner membuat lompatan raksasa yang merupakan titik balik peradaban yang kini kita kenal sebagai Hi-Tech Industry.
Mekanisasi dan Industri berbasis Teknologi tumbuh dan berkembang dengan berbagai varian dan diversifikasinya. Salah satu dampaknya adalah kemampuan memordenisasi kekuatan militer secara massal. Bukan hal aneh jika sebuah pabrik mobil juga memproduksi mesin pesawat tempur, atau pabrik bola lampu juga mengembangkan teknologi persenjataan.
Rasa percaya diri yang tinggi ini pula, yang memberi nyali untuk ‘berpartisipasi’ dalam kancah global. Butuh nyali besar untuk memutuskan meluluhlantakkan Pearl Harbour milik ‘koboi kuat’ yang jago perang dan menghadapi resiko ikut bermusuhan dengan sekutu-sekutunya yang notabene kenyang pengalaman di PD-I. Walhasil, kemenangan ini memotivasi diri untuk meluaskan wawasan kebangunan ini di se-antero Asia. Hal yang bagi Barat akan berlabel Fasisme.
Dengan menempatkan diri sebagai ‘saudara tua’ mereka menguasai nyaris tiga-perempat wilayah Benua Asia dan beberapa di kepulauan Pasifik (bila dihitung pada kondisi saat ini, akan meliputi wilayah dua puluh empat negara secara penuh dan sebagian dari tiga belas Negara lainnya).
Kita bisa bayangkan, di awal 1900-an Jepang masih ‘tertinggal’. Setelah Tigapuluh tahun membangun kekuatannya, maka pada dekade 1940-an mereka cukup butuh Satu tahun dan Tiga bulan (15 bulan) untuk menjadi ‘penguasa Asia’. (Sebagi perbandingan untuk menjadi imperium pada luasan yang relatif sama : Hitler butuh 3 tahun menguasai Eropa Barat dan Timur, Mussolini butuh 6 tahun menguasai Eropa Selatan dan Afrika Utara, Julius Caesar butuh 10 tahun membangun Romawi Raya, Aleksander Agung butuh 15 tahun, atau Tribhuanatunggadewi dan Hayam Wuruk akan butuh 25 tahun untuk menguasai Asia Teggara bagi Majapahit. 

Kesadaran akan ketertinggalan budaya, himpitan ekonomi yang mencekik, ancaman invasi asing dan separatism. Membuat Negara kepulauan ini menggagas sebentuk Nation Character Building yang segera memberi makna besar bagi sejarah bangsa Jepang. Mengapa kita tidak bisa ?

Komentar

Postingan Populer