VOC, Sejarah Gemilang Suatu Korporasi


Bila Spanyol dan Potugis melayari samudera dengan sponsor Paus di Vatikan. Sehingga kepentingan-kepentingan yang dibawa tak akan dapat lepas dari misi Vatikan sebagai sentral Katolik dunia. Berbeda pula dengan Inggris dan Perancis yang selain demi kepentingan perdagangan maka pelayaran ini juga disokong oleh negara dan kerajaan untuk memperluas pengaruh imperialis dan kolonial, suasana Eropa dalam persaingan dan perang Inggris – Perancis inilah yang mendorong keduanya berlomba meluaskan wilayah ke Timur. Sementara Belanda, yang menjadi jajahan Jerman dan kemudian Prancis, sejak awal mula ekspedisi timurnya memang disokong para saudagar dan pengusaha yang kemudian selanjutnya lembaga bisnis swasta inilah memegang peran utama dalam kiprahnya di Hindia Timur. –Kaum Republikan Belanda, saat itu masih dalam upaya mempromosikan Maurits, pangeran Oranje menjadi Raja Belanda karena banyak membantu mereka dalam hal finansial dalam perdagangan dan perniagaan-.

1602 berdiri Vereenigde Oost Indische Compagnie dsingkat VOC. Sebuah kongsi dagang untuk wilayah Hindia Timur. Dibentuk oleh para pedagang kaya di Belanda yang kemudian duduk sebagai Dewan Komisaris dan dilegitimasi oleh Parlemen (Staten-Generaal) untuk melakukan segenap upaya eksploitasi bisnis di Hindia Timur. VOC berdiri –dan diilhami- setelah pada 1600 Inggris membentuk English East Indie Company –EIC berpusat di India. Namun EIC dibentuk oleh Raja/Ratu dan para Bangsawan kerajaan dan menempatkan Gubernur Jenderal dari kalangan mereka.-Salah satu yang terkenal adalah Lord Minto (yang kemudian menempatkan Thomas Stamford Raffles di Hindia Timur sebagai Letnan Gubenur Jenderal pada 1811)-.

Dewan Komisaris VOC menunjuk seorang Gubernur Jenderal dari kalangan professional meskipun dengan berbagai latar belakang. Misalnya Pieter Booth seorang Politisi, atau Jan Pieterzoon Coen si Pendiri Batavia yang pelaut itu, Cornelis Speelman yang tentara dan mantan jenderal Kavaleri, atau Van Imhoff yang Rohaniawan. Hal-hal tersebut sangat tergantung kebutuhan dan tuntutan situasi yang berkembang di Hindia Timur yang membutuhkan pola penanganan spesifik yang tepat dari seorang ahli dan organisator yang mereka nilai layak.

Hal penting yang perlu dicatat adalah : sejak 1602 hingga dibubarkannya pada tahun 1799 (197 tahun) VOC eksis dan terus berkembang..sebuah korporasi yang establish. Meskipun dinamika di Eropa dan konstelasi dunia berjalan cepat dan berubah-ubah arah, VOC tetap berjalan dengan mantap di Hindia Timurnya.

VOC memperoleh otonomi luas dari Dewan Komisaris di Belanda untuk melakukan segala macam cara dan improvisasi untuk kepentingan perniagaannya di Hindia Timur. Oleh karenanya VOC dapat mengelola sendiri keuangan korporasinya di Hindia Timur. (Sebagai ilustrasi : Pada 1613-1654 dari modal 76 juta Gulden VOC memperoleh Revenue sebesar 101 juta Gulden. Dan dari earning 25 Juta Gulden ini, 9,7 juta –sekitar 39%- disetor pada ‘pusat’ dan sisanya dikelola kembali sebagai modal kerja dan asset VOC di Hindia Timur).

Kegemilangan VOC sebagai korporasi terlihat dari berbagai sisi. Dari sisi bisnis, penguasaan monopoli perdagangan di Hindia Timur meruntuhkan dominasi Portugis yang diback-up penuh kerajaan (Raja Felipe) dan Vatikan. Pengelolaan keuangan yang progresif –bayangkan, dengan modal awal dihitung biaya ekspedisi de Houtman pada tahn 1595 senilai 800 ribu Gulden, kemudian dengan modal yang berkembang pesat pada 1613 – 1654 hingga sebesar 76 juta Gulden (meningkat hampir 100 kali lipat atau mendekati 10.000%). Rasio keuntungan-modal mencapai 33%. Hanya dalam waktu sekitar 10 tahun dari awal masa operasinya. Adapun dengan Revenue 101 juta Gulden pada masa itu, melebihi perolehan Revenue Rate EIC di India yang (Cuma) sekitar 75 juta Gulden. Bahkan pada masa VOC harus menghadapi perang di Batavia menghadapi serbuan Sultan Agung Mataram 1745 dan 1748 yang menguras kas VOC untuk kepentingan militer, VOC masih dapat menyetor hasil keuntungan niaga ke ‘pusat’ sekitar 400 juta Gulden-. Dari sisi non-bisnis, VOC telah meletakkan dasar-dasar kolonialisasi yang nantinya diteruskan pasca pembubaran VOC 1799 oleh pemerintah kerajaan Hndia Belanda. VOC memberi pengaruh kuat dalam sistem pemerintahan dan organisasi modern di tanah Hindia Timur –kemudian disebut sebagai Hindia Belanda-.

Dari aspek tersebut, terlihat bagaimana VOC yang bekerja keras nun jauh dari induknya dan berada di belahan lain bumi berhasil tumbuh besar, berpengaruh kuat dan memberikan keuntungan yang luar biasa bagi Belanda. Devisa Belanda kala itu 50% berasal dari Hindia Timur yang dikelola VOC. VOC menjadi sponsor terdepan keberhasilan parlemen Belanda untuk tuntutan merdeka dari Perancis dan berdaulat sebagai kerajaan. Dan dalam perang melawan pemberontakan Belgia tahun 1775-1781, VOC menyokong dana perang untuk kerajaan tak kurang dari 800 juta gulden.

Pergantian situasi politik di Eropa dan Belanda tak banyak mempengaruhi kinerja VOC dengan sistem Otonomi ini. Seorang Gubernur Jenderal dapat dengan leluasa menerapkan kebijakannya, meskipun otoritasnya dibatasi kewenangan Dewan Komisaris dan Parlemen Belanda untuk mencopot dan mengangkat yang baru. Dan hal ini satu-satunya kebijakan Dewan Komisaris dalam manajemen VOC (Selama 1609 hingga 1799 tetcatat sebanyak 32 Gubernur Jenderal VOC menjabat di Hindia Timur –JP. Coen menjabat 2 periode-, setelah VOC bubar, Pemerintah Kerajaan Belanda mendudukkan 31 Gubernur Jenderal / Letnan Gub. Jenderal atau Komisaris Jenderal hingga 1942. Inggris pada 1811-1816 sempat berkuasa dan mengangkat Raffles sebagai Letnan Gub. Jendral). Di akhir masa operasinya –dibubarkan 1799 kerena kebijakan politik Raja Willem dan dampak dari kesepakatan dengan Inggris dalam penguasaan wilayah koloni- VOC telah memberikan keuntungan warisan penguasaan teritorial atas suatu wilayah seluas hampir 130 kali luas wilayah negerinya sendiri, plus ”bonus” lengkap dengan pranata pemerintahan dan sosio-kulturnya pada Pemerintah Kerajaan Belanda. Sistem penempatan dan penugasan Gubernur Jenderal ala VOC ini diteruskan oleh Belanda hingga Indonesia jatuh ke tangan Jepang dalam PD-II.

Terlepas dari perspektif nasionalisme Indonesia, VOC berhasil memanfaatkan situasi lokal untuk memperoleh dukungan penguasa atau figur kekuasaan lokal untuk kepentingan usahanya, Kita mungkin mengenal ini sebagai politik Devide it Impera, namun secara bisnis ini sah dilakukan untuk memenangkan pertarungan pasar yang kompetitif. Menciptakan atmosfer otokrasi yang kuat termasuk dengan pola militerisasi sehingga memberi posisi tawar yang kuat pula dengan siapapun rekan niaga mereka di Hindia Timur. Oleh karenanya mereka menguasai hulu hingga hilir mata rantai produksi atas komoditas utama yang dikelola.

Hampir 350 tahun kita dijajah bangsa Belanda, dan hampir 200 tahun di awalnya adalah oleh ”Suatu Korporasi”..!!! Secara arif, meskipun kita sebagai bangsa sangat dirugikan oleh kolonialisme yang menjajah kita , namun bolehlah kita belajar sisi-sisi positif yang bisa dipetik dari kegemilangan VOC ini.


VOC, lahir kemudian tumbuh besar dan kuat dengan kebijakan Otonominya., Kontribusinya sangat besar tidak saja bagi Dewan Komisaris mereka, namun juga bagi Bangsa dan Kerajaan Belanda. Memberi kepercayaan dan keleluasaan berimprovisasi pada persona yang tepat, merupakan satu kunci sukses VOC sebagai korporasi yang eksis hingga masa hampir dua abad (mungkin bisa lebih bila tak dibubarkan).

(C) Sonny T Atmosentono 2008.

Komentar

Postingan Populer